Nama : Ari Fitri Margaretha
Keliat
NPM : 11120371
Penjabaran Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom
merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain,
yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan
hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang
diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu:
cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran,
penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga
diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
1. Domain Kognitif
Bloom
membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua
bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua
berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Berisikan
kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika
diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa
menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang
berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
Dikenali
dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram,
arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg
diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb.
Di
tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi
informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada
di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya
kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.
Di
tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di
level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke
dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Satu
tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan
mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas
mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
Dikenali
dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,
dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan
nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk
dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb
Pembagian
domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
Kesediaan
untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran
bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Memberikan
reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Berkaitan
dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Memadukan
nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk
suatu sistem nilai yang konsisten.
Memiliki
sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya-hidupnya.
Rincian
dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan
domain yang dibuat Bloom.
3.1.
Persepsi (Perception)
Penggunaan
alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kesiapan
fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Tahap
awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi
dan gerakan coba-coba.
Membiasakan
gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan
cakap.
Gerakan
motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks.
Keterampilan
yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Membuat
pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Seiring dengan berkembangnya psikologi kognitif, maka
berkembang pula cara-cara mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk
domain kognitif. Salah satu perkembangan yang menarik ádalah
revisi “Taksonomi Bloom“ tentang dimensi kognitif. Anderson & Krathwohl
(2001) merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi,
yaitu:
(1) Dimensi proses kognitif: aspek síntesis digabungkan
dengan aspek analisis atau evaluasi dan
ditambahkannya aspek kreasi (kreativitas) diatas aspek
evaluasi. Indikator-indikatornya adalah:
- membangun/ mengkonstruksi (generating), merencanakan
(planning), menghasilkan (producing)
(2) Dimensi pengetahuan. Aspek-aspek
dari dimensi pengetahuan pada revisi Taksonomi Bloom meliputi:
- pengetahuan faktual (factual knowledge) yang meliputi aspek-aspek (pengetahuan tentang istilah dan pengetahuan “specifik detail“ dan “elements“);
- pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) yang meliputi: pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan pengetahuan tentang teori, model dan struktur,
- pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yang meliputi: pengetahuan tentang keterampilan materi khusus (subject-specific) dan algoritmanya, pengetahuan tentang teknik dan metode materi khusus (subject-specific), pengetahuan tentang kriteria untuk memastikan kapan menggunakan prosedur yang tepat.
- pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) yang meliputi: pengetahuan strategik (strategic knowledge), pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif termasuk kontekstual dan kondisional, pengetahuan diri (self-knowledge)
Konsekuensi logis dari penilaian pengetahuan metakognisi
sebagai salah satu hasil belajar, maka metakognisi bukan lagi hanya dipandang
sebagai dampak pengiring dalam pembelajaran, melainkan merupakan dampak
instruksional (tujuan pembelajaran), termasuk pembelajaran matemátika sekolah.
Guru harus merancang pembelajaran matemátika yang dapat menumbuhkan kemampuan
metakognitif siswa. Untuk keperluan tersebut, guru matemátika harus memahami
apa itu metakognisi, komponen-komponen pembangun metakognitif, dan bagaimana
mengimplementasikan metakognisi dalam pembelajaran matemátika sekolah.
NOTE : tugas kuliah ^^
Komentar
Posting Komentar