Untuk memulai sesuatu yang
tak kita mengerti apakah sesuatu itu, jauh lebih sangat menyulitkan
dibandingkan dengan apapun juga bahkan lebih sulit dari pada mencari jarum yang
patah di tumpukan jerami. Begitu pula dengan kehidupan ini mencari sesuatu yang
tak pasti dan tak tau apa yang kita cari pada saat titik jenuh dan terendah
hidup ini mulai merasuki pemikiran kita. Bukan apa-apa itu hanyalah sebuah
tanda bahwa kita tumbuh dan berkembang untuk semakin lebih dewasa. Bentuk
pemikiran yang sangat sulit pada saat ini untuk didapatkan karena cenderung
kita sebagai manusia hanya hidup mengikuti arus saja sebab banyak yang berkata
juga -biarlah air mengalir sejauh mana ia dapat mengalar. Namun jikalau kita
lebih cermat lagi air yang mengalir saja tak akan pernah cukup untuk hanya
sekedar singgah dan memenuhi wadahnya tapi juga butuh sesuatu yang akan
mengukir kisah, inspirasi, harapan menjadi jalinan cerita melodi yang indah
Tak pernah terpikirkan
dulu bagaimana seseorang akan mampu bertahan untuk tetap berjalan jika ia
kehilangan sinar dalam hidupmu bagai raga yang tak bernyawa. Benar semua orang
akan mati pada akhirnya lalu sudah cukupkah dengan kematian saja mengakhiri kisah
hidup ini. Terlepas apakah benar adanya Tuhan yang menjanjikan neraka dan surga,
berakhir sebatas itukah manusia atau benar saja katanya ada renkarnasi
kehidupan hingga generasi ke tujuh.
Sedikit aneh jika
membahas renkarnasi yang bila di kehidupan ini saya terlahir sebagai
manusia maka mungkin saja di kehidupan
selanjutnya saya di berikan bentuk sebagi hewan maupun tumbuhan. Ntahlah, saya
juga kurang paham dengan materi renkarnasi hanya beberapa pengetahuan dari
film-film yang saya tonton dulu tapi biarlah demikian menjadi misteri kematian.
Berpikir tentang
kematian, kemanakah kehidupan selanjutnya jiwa yang telah melayang itu? Lalu
tak adakah artinya raga yang pada akhirnya hanya akan menjadi busuk dan mati
bersama tanah? Benarkah kelak manusia
akan diadili secara serempak? Lalu ketika menunggu akhir hidup itu kemanakah
jiwa-jiwa yang telah pergi itu? Lagi dan lagi jawabananya adalah “misteri
kehidupan” dan hanya Tuhanyang mengerti akan hal ini.
Baiklah tak perlu
membahsa terlalu jauh karena pada akhirnya jawabannya hanyalah
kemungkinan-kemungkinan, belum ada jawaban yang pasti. Sama seperti kata orang
bijak terdahulu biarlah misteri tetap
menajadi misteri kehidupan tanpa perlu kita mengali lebih dalam sama halnya
galaksi-galaksi di luar bumi yang tanpa kita ketahui kepastiannya. Lalu untuk
apa harus capek-capek memikirkan misteri yang tak akan mungkin terungkap, bukankah
lebih baik adanya untuk menikmati segala yang menjadi misteri yang ada tanpa
memikirkan rahasia yang harusnya jadi rahasia itu sendiri.
Berbicara tentang
rahasia dan misteri mengingatkan tentang
berkat ataupun rezeki yang hampir setiap umat beragama pasti akan doa ini tak
pernah luput dari untaian doanya. Sama seperti sebelumnya bukankah ini juga
merupakan rahasia dari Yang Mahakuasa. Dibalik itu ada sebuah pemikiran yang
terlintas, manusia cenderung mengharapkan berkat bahkan hampir setiap menitnya
berharap berkat itu mengikutinya namun bukankah yang terpenting sang pemberi
berkat itu sendiri. Manusia selalu khawatir tentang hari esok akan bagaimana
hingga menimbun berkat yang seharusnya untuk hari ini di timbun untuk hari esok
yang membuktikan tidakkah mereka percaya kepada sang pemberi berkat yang akan
senantiasa memberi tanpa diminta, mencukupkan lebih dari kata cukup untuk
setiap harinya?
Pertanyaannya sudahkah
kita lebih mengutamakan sang pemberi berkat dibandingkan dengan berkat itu
sendiri? Jikalau sudah janganlah kau khawatir tentang hari esok namun jikalau
belum BERPIKIRLAH sekarang dan perbaharui iman dan kepercayaanmu pada Tuhan-mu.
Berbicara tentang Tuhan
bukankah semua agam itu sama mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran
terlepas dari mereka yang tidak percaya akan Tuhan bukan berarti mereka tidak
baik mungkin saja mereka lebih benar dan baik dibandingkan dengan umat beragama
itu sendiri hanya saja pemikiran manusia berbeda-beda. Ini juga tidak salah dan
benar karena pendapat dan asumsi masing-masing orang berbeda hanya bagaimana
cara kita menghargai pribadi
masing-masing begitu juga orang lain. Damai dan Damai harapan indah bagi semua orang di dunia lalu
kenapa tidak terjadi demikian? Ego, Egolah yang cenderung menguasai manusia
dimana seharusnya manusia dapat mengontrol egonya, bukankah manusia itu lebih
kuat dari ego itu sendiri? Kelemahan manusia terbesar adalah egonya sendiri
lalu apakah kelemahan akan senantiasa menjadi kelemahan? TIDAK !!! it’s time to
change yourself. Kendalikan diri, tekan ego dan jadikan ego menjadi kekuatan terbesarmu untuk jadi lebih besar dari
diri kamu yang sekarang.
-TathaLixiuz-
Komentar
Posting Komentar