Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

mati tapi hidup

Dulu mencintaimu begitu indah seakan tak kan pernah lekang oleh waktu tiada hari tanpa ku mendamba tiada hari tanpa ku merindu terasa begitu sempurna tiada cela lalu hujan itu datang begitu saja semula hanya buih-buih air yang mendung lalu grimis kemudian hujan lebat itu datang menghempaskan kita begitu jauh tanpa peduli apakah ini saat yang tepat atau tidak belumsembuh luka yang basah kini di tabur dengan krikil yang panas yang menusuk hingga ke dada serasa panas bagai serangan meteor jatuh menghancurkan kepingan terakhir yang tertinggal hingga hidup tak pernah lagi serasa hidup bahkan air mata pun tak mampu lagi terjatuh begitu sesak . . . . bagitu perih . . . . begitu menyakitkan . . . . begitu rasa mati tapi masi hidup          -TathaLixiuz-

PERNERIMAAN, PERBEDAAN ( Memanusiakan manusia )

Ada berbagai cara untuk menaklukan hati yang beku bahkan ada juga berbagai cara untuk menerjang ombak yang kala dari tidak mungkin akan menjadi semakin mungkin jikalau kita percaya. Dulu tak ada yang percaya jika manusia itu bisa terbang bahkan banyak yang tak percaya cahaya di angkasa adalah satu-satunya penerang hingg sang jenius Thomas Alpha Edison menemukan lampu. Sulit di percaya mungkin saja nyaris tidak mungkin pada masa itu tapi bukankah manusia dibuat memiliki akal pikiran yang mampu mengubah yang tidak mungkin menjadi sesuatu yang mungkin. Terlepas bnayaknya manusia yang percaya akan Tuhan ada atau tidak tapi manusia memiliki kekuatasn melebihi apa yang mereka pikirkan hanya saja bagimana kita mengelola dan mengali kemampuan yang kita miliki. Bukan berarti juga kita sebagai manusia dapat melalukan apa saja toh pada akhirnya kita di ciptakan berbeda memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Percaya atau tidak juga kau berada atau di tempatkan pada suatu tempat bukan ta

apa yang dapat kau berikan untuk INDONESIA???

Pertanyaan ini muncul ketika saya igin memulai kehidupan saya yang di Jakarta setalah saya pindah dari Bali pada bulan Maret lalu, Disini , di ibu kota yang katanya lebih kejam dari pada ibu tiri ini mengajarkan saya bagaimana untuk tidak hanya memperdulikan diri saya tetapai juga negara saya bahkan untuk penerus saya kelak. Beberapa tahun belakangan saya menjadi seorang yang ingin menjadi manusia yang free dan mengikuti arus kehidupan saya yang penting bisa makan dan masi sehat kamana aja bisa tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi esok toh hari ini ada, belum tentu hari esok ada. Lalu pemikiran itu muncul lagi, apakah saya hanya akan hidup untuk hari ini saja? apakah yang sudah saya lakukan hari ini akan menjadi berarti untuk hari saya kedepannya? Lalu apa yang ingin saya ceritakan tentang hari ini jikalau masa depan tidak ada? Lantas apakah saya mampu menjadi seorang manusia yang kembali egois tidak memikirkan hari esok yang mungkin saja apa yang saya lakukan hari ini akan sa